Hey, ini aku!

Foto saya
Surabaya, Jawa timur, Indonesia
Big fans of AFGAN and SUPER JUNIOR, Siwon is my biased :). Twilight Saga Addict, and DVD collector. Journalist, part of my life!

Kamis, 17 Maret 2011

Tambal Ban

Kemarin sore sekitar pukul tiga sore, aku dan kawanku seperti biasa pulang sekolah bersama. Saat di parkiran sekolah, kawanku yaitu fitri mengatakan bahwa ban motor ku bocor. Yah, terpaksa aku mendorong motor kesayanganku itu sampai menemukan tempat tambal ban. Biasanya di tikungan sekolah itu ada tempat buat tambal ban, eh hari ini kok pada tutup semua ya?

Terpaksa aku dorong , motorku sampai ke jalan besar dekat giant. Yah cukup jauh sih, dan sangat capeeeek sekali rasanya.
"Pak, motor saya bocor tolong ditambal ya" kataku kepada bapak tukang tambal ban itu ketika saya sampai.
"Iya mbak, sebentar ya saya tambal ban truck yang disana" jawab bapak itu.
"Oh iya pak, gapapa kok. Lagian saya ga lagi buru-buru" sambungku.

Lalu aku duduk disebuah bangku panjang yang ada di tempat itu bersama fitri. Aku pandangi bapak berperawakan tinggi, kurus, dan sudah terlihat "lelah" dengan hidupnya. Aku merasa sangat kasihan dengan bapak ini. Dimana anak bapak ini? sehingga ia masih bekerja di usia nya yang sudah renta. Apakah anaknya masih kecil? atau anaknya tak peduli dengan ayah nya?

Ahh entahlah, aku tidak tau. Akhirnya setelah bapak itu selesai menambal ban truck yang besar itu, beliau langsung menambal ban motorku. "Wahh, ini sih kena paku mbak. Liat nih robeknya parah." Kata bapak itu saat akan menambal ban motorku yang memang sangat besar sekali robeknya. "Iya pak, ya sudah di tambal saja. Apa perlu ganti ban pak?" tanya ku. "Ohh nggak usah mbak, nggak perlu ganti kok." Jawab bapak itu sambil terus menambal ban motorku.

Setelah berdiri dan melihat sebesar apa robeknya ban ku, aku kembali duduk dan bercanda dengan fitri di bangku panjang itu. Meski sedang bercanda dengan fitri, tak sekalipun aku melupakan bapak yang sedang menambal ban ku itu. Aku terus merasa iba dan trenyuh melihat kenyataan yang ada di hadapanku saat ini. "Oalah pak pak, kasian dirimu" Kataku tak henti henti dalam hati.

Tak berapa lama, bapak itu selesai menambal. "Sudah selesai mbak" katanya singkat sambil membawa uang 50 ribu rupiah untuk di tukar karena ia tak memiliki kembalian. "Ohh iya pak, berapa?" tanyaku. "5000 mbak" jawabnya sambil tersenyum. Aku berikan uang 5000 rupiah untuk bapak itu dan bergegas mengambil motorku yang sudah selesai di tambal ban nya. "Terima kasih pak" kata ku sambil meninggalkan tempat tambal ban itu. "Sama-sama mbak" jawab bapak itu.

Kemarin, satu lagi pelajaran hidup yang dapat aku ambil dari seorang tukang tambal ban. Kita harus tetap bersyukur dengan apapun keadaan kita, meski kita kesusahan kita harus tetap tersenyum untuk orang lain. Terima kasih pak, atas pelajaran yang engkau beri. Semoga uang 5000 dariku bisa sedikit membantu kehidupanmu dan keluargamu.