Menunggu sampai kamu menyadarinya itu lama juga, 2 tahun. 2 tahun waktu kesabaran yang Tuhan berikan untukku menunggumu akhirnya terjawab. Bulan Mei tanggal 11 tahun 2010 pada pukul 18.15, aku dapatkan apa yang aku tunggu yaitu
KAMU. Senang, haru, dan bangga rasanya saat itu. Bagiku kamu yang terindah.
Kau ajarkan aku bahagia, kau juga mengajari aku ikhlas. Kebahagiaanku tak lama, hanya 2 bulan. Kamu memutuskan pergi dari sisiku dengan alasan ingin fokus kepada pendidikan. Seketika itu rasa bahagiaku berubah jadi kesedihan, dan senyuman ku berubah menjadi tangisan.
Hatiku hancur, aku limbung. Entah apa yang aku rasakan kala itu. Saat kau ucapkan kita harus berakhir, aku tak menangis. Aku tersenyum, tapi hatiku hancur. Dadaku sesak, hatiku sakit. Hujan yang turun kala itu menyadarkanku bahwa kita kata-katamu itu nyata.
Banyak pihak yang menyesalkan keputusanmu, namun aku tau ada juga pihak yang sangat mendukung inginmu itu. Namun aku, pastilah aku berada pada pihak yang sangat menyesalkan keputusanmu. Pada awalnya dapat aku pahami inginmu ini, akupun juga merasa bahwa aku harus fokus kepada pendidikan ku. Hingga akhirnya, aku tau apa alasanmu sebenarnya meminta berpisah dariku.
Kamu memiliki yang lain disana. Entah aku tak tau wajahnya, bahkan namanya pun aku tak tau. Tapi dari catatan yang kamu tulis, aku yakin dia lebih lebih lebih cantiknya dari aku. Dari apa yang kamu tulis tentang dia, aku tau bahwa kamu sangat mencintai dia dan tak ingin berpisah dengannya. Namun akhir dari yang kamu tulis menjadikan sebuah tamparan keras padaku. Dia tak seberuntung aku, ternyata.
Perempuan yang kau puji itu tak seberuntung aku yang bisa hidup normal dan menikmati masa remaja yang indah. Dia sakit, aku tau hal itu. Rasa tak terima yang awalnya mucul karena pengkhianatan mu berubah menjadi rasa iba yang teramat dalam.
Aku iba padamu, ketika kamu mencintai dia sepenuh hati ternyata ada yang lebih menyayangi dia yaitu Tuhan. Tuhan lebih menyayangi dia daripada kamu, Tuhan mengambil dia untuk menemani-Nya di surga. Aku bisa tau bahwa kau sangat menyayangi dia dari semua catatan yang kau tulis. Kau ingin Tuhan jaga dia kan? Aku rasa Tuhan sedang lakukan itu padanya saat ini.
Aku bisa melihat mu dari jauh saat itu bahwa kamu sangat merasa terpukul dan kehilangan. Ketika itu, ingin rasanya aku hampiri dirimu dan berkata "Kamu yang tabah ya, Tuhan pasti memberikan tempat terbaik-Nya untuk dia. Kamu doakan dia selalu, agar jalannya menuju tempat itu dimudahkan" namun apa daya aku tak bisa lakukan itu. Kita terlanjur jauh, saat itu aku terlanjur membencimu karena kau membuang aku. Namun semua rasa itu aku kesampingkan agar dia di mudahkan jalannya oleh Tuhan.
Lambat laun, saat kamu telah melupakan dia. Aku lihat kamu kembali menggandeng seseorang untuk menemanimu meretas indahnya kehidupan baru setelah dia pergi. Saat itu aku mengharap seseorang yang kamu gandeng dan menemanimu meretas indahnya kehidupanmu yang baru adalah aku yang sempat kau buang saat kau memilih dia. Namun apa yang aku harapkan ternyata salah, kamu telah jatuh kepada hati yang baru.
Hati baru yang kau pilih secara fisik aku yakin memang lebih baik dari aku, namun secara perilaku dan pola pikir aku rasa aku lebih memahamimu. Rasa cemburu sering hadir saat kau antar dia pulang dengan baja hitam yang selalu kau kendarai setiap hari, posisi pada baja hitam yang dulu biasanya kau gunakan untuk mengantarku saat itu digantikan oleh dia. Sesampainya aku di rumah, mendadak dada ku sesak. Air mata tak terbendung, aku tak rela posisiku digantikan oleh dia.
Selalu ku katakan "Ikhlas kan lah" pada diriku setiap melihat kalian bersama bergandengan mesra, yang hingga akhirnya aku menyerah dan aku ucapkan "Selamat, dan semoga bahagia". Senyum palsu yang dulu sering aku perlihatkan saat berpapasan dengan kalian berubah menjadi senyum ikhlas yang seakan berkata bahwa aku senang melihat kalian bersama.
11 Mei 2011.
Tepat setahun yang lalu kita bersama, kembali aku terhanyut dalam suasana hening kamarku. Ku putar seluruh lagu kenangan kita saat bersama. Tanpa sadar kembali aku meneteskan air mata, aku terhanyut suasana. Seandainya saat itu kita masih bersama, aku pasti akan merayakan ini denganmu. Tapi ternyata, mimpiku itu terkubur jauuuuuuuuh. Dia telah bersama yang lain sekarang, dan aku harus mengikhlaskannya. Aku tak boleh terus-terusan mengingatnya, dia sudah menjadi kekasih orang.
Semakin hari, aku semakin mantap melangkag tanpamu. Ku anggap kau telah hengkang dari kehidupanku. Ku usap air mataku yang mengalir, ku berikan senyum terindahku kepada dunia, dan ku berikan semangat untuk diriku sendiri seraya berkata "Aku bisa tanpamu".
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, aku semakin merelakan kamu. Ku lupakan segalanya, ku tatap masa depanku tanpamu yang aku yakin akan indah itu. Namun saat semuanya telah mantap, ku dengar kabar perpisahanmu dengan dia. Nah, disini kembali aku teringat olehmu.
Aku kembali ingat rasanya kau sia-siakan. Namun rasa yang dulu aku rasakan, saat itu kau rasakan. Aku anggap itu karma atas perlakuanmu padaku, awalnya aku bahagia saat aku tau itu tapi segera semua berubah menjadi biasa saja. Tak lagi ada rasa padamu, aku telah mati rasa.
Kembali aku bisa mersakan hadirmu saat teman-teman ku sering berbicara tentang penyesalan mereka melihat kau mengakhiri kisah kita. Namun aku? Aku tak anggap omongan mereka. Aku hanya menganggap semua telah ditakdirkan oleh Tuhan, jika memang aku dan dia berjodoh kami pasti akan kembali. Sekarang, aku hanya melihatnya dari jauh dan tersenyum saat dia tersenyum serta bersedih saat melihat dia bersedih.
Tuhan, terima kasih karena engkau pernah membuat dia menjadi bagian terindah dalam hidupku :)